Jumat, 25 Desember 2009
Plus Minus Kronometrofilia
Kronometrofilia (yaitu persatuan penggemar arloji antik Indonesia) bukanlah organisasi formal. Tidak ada struktur, cuma forum kumpul-kumpul saja. Kronometrofilia lahir dari para penggiat milis arloji antik. Karena bukan organisasi, tidak jelas pula apa programnya, berapa anggotanya dsb. Positifnya, karena forum ini perhatian publik terhadap hobi mengoleksi arloji semakin bertambah. Ada publikasi melalui internet dan media cetak. Apresiasi masyarakat meningkat, penggemar baru bermunculan. Demikianlah perkembangannya dalam beberapa tahun terakhir ini. Namun ada juga yang mengeluh. Justru karena tidak ada aturan "organisasi" (karena memang bukan organisasi) maka tidak ada pula code of conductnya alias tidak ada standar etika di antara para penggiatnya. Banyak pula suara miring tentang kelakuan si A dan si B (mungkin saya pun termasuk yang diomongin), ada pula orang-orang iseng yang tidak jelas yang menawar-nawar koleksi kita tetapi kemudian kabur setelah harga disepakati ("nawar lari" istilahnya), ada juga pembeli yang pura-pura mengkomplain barang yang dibeli (padahal barangnya tidak apa apa) supaya masih bisa menekan harga lebih murah lagi. Dsb. Dsb. Yang saya tahu ada pula akhirnya teman-teman senior yang tidak ingin ikut-ikutan gabung alias menyendiri saja. Satu hal lagi, konon katanya, gara-gara Kronometrofilia ini pula harga-harga jadi pada melambung. Karena jumlah penggemar meningkat maka terjadi persaingan di antara para penggemar dalam memburu jam. Akibatnya pedagang menaikkan harga ("mengadu adu" istilahnya, misalnya tuh si A sudah berani sekian). Ada juga yang mengeluh, terutama dari pedagang murni (profesional) katanya gara-gara Kronometrofilia jumlah pedagang iseng (pedagang yang tidak benar-benar berprofesi sebagai pedagang karena sebenarnya dia sudah punya pekerjaan tetap di kantornya) semakin bertambah dan cenderung menguasai pasar karena mereka lebih mobile dan lebih punya akses kepada pelanggan (atau calon pelanggan) yang tidak mau turun ke pasar (pembeli yang belanja secara online kepada orang-orang yang sudah dipercaya karena pembeli seperti ini tidak ada waktu atau takut belanja langsung di tempat-tempat seperti Pecenongan dsb). Jadi keluhan secara umum tentang keadaan dewasa ini adalah gara-gara Kronometrofilia suasana dunia jam antik menjadi overcrowded dan sudah tidak nyaman lagi. Meskipun demikian, hendaklah kita melihatnya secara seimbang. Soal perilaku atawa etika, saya kira dimana pun akan selalu ada orang-orang yang ber-etika baik dan ber-etika tidak baik. Soal persaingan pasar dan kenaikan harga, tentu saja sulit dihindari karena memang demikianlah market force. Yang jelas interkasi seperti ini dibutuhkan untuk tukar menukar ilmu dan pengalaman. Selebihnya tinggal kita yang memutuskan, mau aktif, setengah aktif atau tidak aktif. Kalau menuntut Kronometrofilia dibubarkan ya tidak mungkin, wong organisasinya tidak ada apa yang mau dibubarkan?
Yang Maju dan Yang Mundur
Ada teman yang dulu tergolong susah membeli jam yang harganya beberapa juta rupiah, kini mampu membeli sampai yang berharga puluhan juta rupiah. Ada juga pendatang-pendatang baru yang cukup progresif, bisa-bisa hampir setiap minggu mereka berbelanja. Terhadap para pemula ini saya kadang merasa khawatir karena semangat yang terlalu menggebu tanpa disertai dengan pengetahuan yang memadai seringkali berujung pada kesalahan dan penyesalan, misalnya membeli jam palsu, rusak berat, kanibal, atau harga yang gila-gilaan ketinggian. Banyak juga pendatang baru yang kemudian mundur (berhenti) karena melakukan kesalahan yang terus menerus sehingga jera. Selain itu, ternyata ada juga pendatang baru yang jera justru karena merasa diperlakukan secara tidak fair (dikerjain). Mereka yang banyak akal untuk mengerjai bukan hanya dari pihak pedagang saja tetapi juga pihak pemakai (kolektor). Tampaknya hal tersebut lebih banyak berkaitan dengan perangai individu, bukan karena dia pedagang atau kolektor. Dari sisi pedagang pun tampaknya makin hari makin banyak pula yang maju. Jumlah mereka yang mencoba peruntungan dengan terjun menjadi pedagang juga bertambah. Mereka pun kadang melakukan kesalahan juga, misalnya dengan membeli barang palsu, kemahalan atau model yang tidak laku. Banyak juga yang kemudian mundur, tetapi yang maju terus juga tidak sedikit. Ada juga tipe yang "maju mundur", yaitu mereka yang pernah maju kemudian berhenti kemudian maju lagi, berhenti lagi dst. Ada yang maju mundur karena tidak jelas maunya apa, mau mengoleksi yang seperti apa, orientasinya kemana serba tidak jelas. Sehabis beli eh baru seminggu sudah mau dijual lagi sambil cari-cari lagi yang lain (bosenan).
Jumat, 18 Desember 2009
Mengapa disebut Seiko Bellmatic UFO ?
Seiko Bellmatic UFO merupakan bellmatic yang paling jarang dijumpai dan karenanya paling bernilai tinggi diantara yang bellmatic 17 jewels (hanya kalah sama bellmatics 27 jewels). Ciri khasnya adalah bentuknya yang menyerupai piring terbang jika dilihat dari samping dan sizenya yang besar (41 mm?). Sengaja saya buka dulu rantainya supaya bisa terlihat jelas pada saat difoto dari samping. Oya, dialnya yang berwarna coklat unik sekali (sayang kualitas foto tak sebagus aslinya), dan ada lingkaran senada yang membatasi kaca dengan casing, jadi ada semacam list-nya lagi.
Mengapa harus "Mat Item"? (4)
Ini contoh lagi Omega omega antik mat item. Yang ini aneh, buatan tahun 1948, military dial, tulisan Omeganya pakai tinta emas demikian juga inner chapternya. Radium di angka sudah pada menghitam, sedangkan radium di jarum itu dipasang belakangan (di-rekondisi istilahnya), mesin bumper cal 351 dan jarum detik merah dengan anak panah pada ujungnya! Yang satu lagi masih seumur, tapi mesin beda dikit (cal 354), masih pakai rantai beras, jarum dan indeks warna emas. Oya, kedua tipe ini belum memakai product line (misalnya "Seamaster"), masih hanya mencantumkan Omega Automatic saja.
Kamis, 17 Desember 2009
Mengapa harus "Mat Item" (2)
Salah satu masalah dalam mengoleksi Mat Item adalah pada saat difoto biasanya hasilnya tidak sebagus aslinya. Barangkali kalo yang memfoto seorang profesional dengan kamera profesional tentu hasilnya akan lebih baik. Jika tidak, dial hitam cenderung memantul jika difoto. Nah berikut ini contoh Omega Seamaster Mat Item, caliber 565, generasi akhir tahun 60, ukuran atawa size agak besar (37 mm). Foto ini tidak sebagus aslinya. Aslinya, ada radium di tengah tengah index balok. Warna hitamnya masih tegas meski sudah agak soft. Tambahan lagi, logo Seamaster di tutup belakang adalah logo besar, bukan kecil. Logo seperti ini mempunyai nilai koleksi yang jauh lebih tinggi!!. Omega Seamaster satunya jauh lebih tua, tahun 1948. Sizenya juga besar (jumbo), mesin cal 351, tulisan "Seamaster"nya ada di bawah tulisan "Omega" di angka 12, bukan di angka 6. Dialnya disebut coklat bergradasi, dan...gold bezelnya itu lho! Sangat jarang ada Omega gold bezel. Bahkan saking jarangnya sampai-sampai ada anggapan bahwa Omega tidak mengeluarkan gold bezel, suatu anggapan yang keliru. Biasanya gold bezel dipadu dengan kaki-kaki (lugs) yang juga gold capped top, tetapi yang ini ternyata tidak: yang ini benar-benar gold bezel sedangkan lugsnya semua tanpa lapis emas. Waktu saya tugas ke daerah selama berhari hari saya memakai kedua arloji ini dan tidak ada masalah.
Mengapa harus "Mat Item" ? (1)
Arloji antik berwarna hitam (disebut juga black dial atawa mat item) mempunyai nilai koleksi lebih tinggi daripada warna bukan hitam. Alasan pertama, mat item punya penampilan dan kesan yang lebih antik jika dimakan usia. Warnanya bisa menjadi lebih "soft" atawa kayas-kayas, bisa pula menjadi agak coklat keemasan (disebut tropical dial) dan adapula terus menjadi coklat muda (atawa disebut coklat bergradasi). Selain itu, arloji antik mat item konon jauh lebih sedikit diproduksi dan karena itu konon pula lebih jarang ditemui. Jadinya si mat item ini pantas untuk dikoleksi. Nah kali ini saya tampilkan beberapa koleksi Mat Item saya. Yang pertama adalah Titoni Cosmo 99 hi-beat 36,000 bph. Mengenai apa itu mesin hi-beat 36,000 bph saya kira tidak perlu saya jelaskan lagi karena umumnya para pembaca sudah tahu, yaitu mesin mekanik yang dirancang untuk bisa menyaingi ketepatan mesin quartz, karena itu kecepatan vibrasinya mencapai 36,000 beat per jam (beat per hour). Kalau jarum detiknya berjalan maka kelihatan halus sekali seperti meluncur (sweeping). Nah Titoni ini buatan awal tahun 70an, casingnya retro banget, dan kacanya bevel. Kalau sampe kacanya pecah, wah susah sekali cari gantinya karena bevelnya itu sulit ditiru. Warna plat (dial) Titoni ini adalah hitam, tetapi hitamnya sudah menjadi "soft" atawa kayas-kayas, jadi seperti warna abu-abu tua yang lembut. Antik sekali!
Sabtu, 28 November 2009
Sale akhir tahun (Terjual)
Sale akhir tahun (SOLD)
Sale akhir tahun (SOLD)
Sale akhir tahun (SOLD)
Minggu, 15 November 2009
Catatan atas harga-harga (2)
Bagi para pemiliki Rolex khususnya tipe sport tampaknya memang saatnya untuk bersabar. Tak seorang pun dapat memastikan kapan harganya bergerak naik lagi. Anehnya, dulu waktu harga tinggi, barang susah didapat. Pemilik malah menahan barang karena waswas jangan-jangan naik terus (jadi mereka gak mau jual). Sekarang harga turun malah gampang dapat barang, pemilik jadi panik jangan-jangan harga turun terus (sekarang pada mau jual). Sekarang mau tiap hari beli Rolex GMT juga ada barang. Submariner 1680, Explorer 1655, GMT pointed guard dan apa lagi yang dulu dulu lihat satu biji pun hampir mustahil sekarang malah banyak. Masalahnya, walaupun harga turun ternyata daya beli juga turun. Jadi tidak berarti jika harga turun orang lantas ramai-ramai memborong. Sekarang pemilik barang gede (maksudnya barang yang berharga mahal) tidak bisa menjual dengan cepat karena faktor daya beli yang lesu itu. Banyak pemain arloji (salah satunya mungkin anda-anda yang sedang membaca tulisan saya ini) berspekulasi menunggu barangkali ada barang murah yang nyasar ke tangan dia. Nyatanya, setelah dikasih harga murah pun (dalam arti harga di bawah patokan market price) masih juga merasa kemahalan. Jadi, lebih banyak pertimbangannya daripada belinya. Saya melihat di antara para pendatang baru sulit menemukan yang bisa melejit hingga menyaingi para seniornya, karena mereka nyemplung pada saat yang tidak tepat, yaitu saat dunia arloji antik dihantam krisis ekonomi global. Banyak yang bertanya pada saya, "bagaimana jika keadaan ini berlanjut terus dan saya (nantinya) tidak bisa menjual koleksi saya?".
Catatan atas harga-harga (1)
Dalam waktu satu tahun terakhir ini angka penjualan arloji mewah turun cukup berarti. Angkanya bervariasi (tergantung merk dan tergantung negara tujuan pemasaran), tetapi secara umum memang menunjukkan kelesuan terutama sejak krisis ekonomi global mulai melanda Amerika. Meski demikian, konon harga arloji antik (vintage) malah naik sekitar 5 sampai 10 persen, khususnya arloji antik yang kolektibel. Saya ingin mengacu kepada pengalaman saya pribadi. Lima tahun lalu harga Seiko bullhead sekitar 500 hingga 800 ribu (sekarang 2.5 sampai 3.5 jt), Titus putar 50 sampai 100 ribu (sekarang 300 sampai 500), Enicar Sherpa 800 sampai 1 juta (sekarang 2 sampai 2.5 jt), Omega gold top mesin 3 digit 1 jt sampai 1.5 jt sekarang 2.5 jt, Omega Cosntellation 3.5 sekarang 4.5 sampai 5 jt. Memang tidak semua tipe naik. Rolex putar relatif tetap. Rolex Datejust 1601 naik sedikit (sesuai inflasi). Harga Rolex tipe sport (GMT, Submariner, Explorer, Seadweller) tahun 2009 turun drastis dibandingkan harga di tahun 2008, sekitar 30 sampai 40 persen turunnya. Tetapi jika dibandingkan dengan harga 2007 masih tetap lebih tinggi di tahun 2009. Sebagai gambaran, harga Rolex GMT 1675 lima tahun lalu sekitar 12.5, terus naik jadi 15, 17, naik lagi jadi 22, 25, 27, 29, 33 dan puncaknya pada pertengahan 2008 mencapai di atas 40 bahkan di tingkat toko di plaza bisa 50 jt. Menjelang akhir tahun 2008 merosot tajam jadi 30 sampai 35. Waktu itu orang berharap awal 2009 akan bergerak naik lagi, tapi ternyata sampai menjelang akhir tahun 2009 masih juga rendah. Apalagi saat ini rupiah sedang perkasa. Para pedagang dari luar makin jarang membeli Rolex (kalaupun beli maunya murah).
Senin, 09 November 2009
Kok bisa ada di Indonesia?
Sering merasa bingung sendiri. Arloji-arloji langka dan aneh bisa dijumpai di Indonesia. Apakah pada masa lalu sedemikian banyak orang Indonesia yang punya arloji bagus? bukan hanya bagus tapi historis? kedua arloji ini adalah contohnya. Yang satu Omega military white dial, putar, ukuran 33 mm (sedikit lebih besar daripada boysize), satu lagi Tissot ATP (Army Time Piece). Tissot ATP dipakai oleh british army selain versi black dial yang pakai kode WWW (lihat artikel saya lainnya tentang military watch). Salah satu ciri ATP adalah warna dialnya putih dan di dial tidak ada tanda panah (tanda panah hanya di tutup belakang, sedangkan pada model black dial WWW di dialnya ada tanda panah). ATP hanya dipakai singkat sekali, yaitu pada periode awal tahun 1940. Dua duanya memakai fixed lugs.
Index Balok
Perhatikan Omega Seamaster Calendar cal 503 ini. Ini produksi terakhir terakhir sebelum pindah ke Seamaster tanpa tulisan "Calendar". Indexnya berbentuk balok, bukan runcing. Tulisan "Calendar" lebih besar dibandingkan model dari periode terdahulu. Karena dari periode yang lebih muda, tidak heran jika mesin masih sangat mulus dan jalan bagus sekali. Saya kira periode awal Seamater Calendar hingga "akhir hayatnya" ada rentang waktu sekitar 10 tahun.
Berbagai variasi dial
Salah satu variasi yang jarang ditemui, tetapi pada masa itu dial model "gorden" kayak gini sempat digemari dan dipakai oleh hampir semua merk arloji top. Mesin cal 562, akhir 1950an, semua asli meski dial sudah tampak menua dan cenderung menjadi agak krem (saya kira aslinya putih). Jalannya tepat sekali, hebat.
Misteri dari Omega
Setidaknya dua orang kawan saya pernah menemukan mesin Omega tanpa caliber. Jadi saya bukan satu-satunya yang menemukan keanehan ini. Kemungkinan besar mesin ini adalah masa transisi dari cal 500 ke 501. Perhatikan, model number yang ada di dalam tutup juga ada dua, seolah olah menunjukkan semacam "percobaan" dari satu model ke model lain. Banyak produsen arloji pada masa itu melakukan semacam uji coba terhadap suatu model di suatu market tertentu. Karena itu tidak setiap model beredar di setiap tempat. Ada model yang sukses di market Eropa, ada yang di Amerika Latin, Amerika Utara dan Asia. Banyak model yang sukses di Asia tetapi tidak dikenal di Eropa atau sebaliknya. Celakanya, produsen jam tidak selalu mempunyai catatan yang lengkap. Ada banyak model yang tidak ada dokumennya. Pada masa sekarang ini pihak produsen biasanya menolak untuk mengkonfirmasi produk produk mereka di masa lalu. Selain tidak ada catatannya (apalagi mengingat situasi Eropa pada masa pasca perang pasifik) mereka juga menyerahkan "misteri" itu kepada para kolektor arloji antik untuk dibahas dan dipecahkan. Sehingga, kita makin penasaran karenanya....
Selasa, 27 Oktober 2009
Lain dulu lain sekarang (4)
Dulu sempat dua kali saya bertobat, saya tidak mau lagi beli-beli arloji antik, saya mau jual semua koleksi dan cari hobi lain. Akhirnya saya jual-jual saja. Ada Omega Constellation rose gold black dial, Omega Memomatic full colour, Rolex antik all gold, Elections all gold dial porselen tahun 1920, Constellation C shape all gold, wah segala macam. Kalo diingat-ingat ada juga teman-teman seangkatan yang menghilang, tumbang, rupanya mereka juga bertobat (salah seorang teman dari masa lalu yang sempat menghilang adalah Ariska, sekarang muncul lagi). Setelah koleksi saya pada habis ternyata saya kembali lagi mengoleksi sampai merasa mau berhenti dan jual jual lagi. Kembali ngumpulin dari awal lagi, setelah cukup banyak sebagian saya jual lagi karena ada kebutuhan finansial yang lebih mendesak. Sekarang sudah mulai normal lagi. Tapi kalau diingat ingat semua yang pernah saya sempat miliki kalau tidak dijual jual barangkali koleksi saya sudah cukup untuk dijadikan musium (saya pasti numpang tinggal di musium itu karena pastilah saya tidak akan dapat membeli rumah kalau saya mempertahankan semua koleksi). Saya tidak tahu apa yang akan terjadi di depan. Waktu terus berjalan, tak dapat dihentikan.
Lain dulu lain sekarang (3)
Dulu ketersediaan barang cukup melimpah. Lima atau enam tahun yang lalu cukup mudah mendapatkan Titoni Cosmo King, Mido bumper ring gold, Omega Seamaster sampai Constellation, Seiko Bullhead, apalagi macam Titus, Nelson dsb. Kalau sudah bosan jual saja tidak perlu khawatir karena besok lusa pasti dapat lagi. Saya masih ingat harga Titoni Cosmo King yang bagus sekitar 250 ribu sampai 300 ribu, itu saya pakai waktu terjadi tsunami di Aceh. Rasanya mahal karena Titoni biasa hanya 100 sampai 125 ribu (harganya hampir sama dengan Mido yang bentuknya gede oval kayak telor). Seiko Bullhead saya ngalamin beli 400 sampai 500 ribu, rasanya mahal karena Seiko krono biasa lubang satu 100 ribu kalo lubang dua 200 ribu. Sekarang beda sekali. Barang makin susah didapat, orang yang cari makin banyak. Harga-harga naik, minimal mengikuti inflasi, tapi banyak juga yang naiknya cukup tinggi. Misalnya Seiko Bullhead, Enicar, dan Omega terasa benar bedanya. Rolex Datejust 1601 dan Rolex putar naik tapi lambat. Rolex GMT 1675 naik tajam. Memang Rolex 1675 harga saat ini jatuh jika dibandingkan dengan harga setahun lalu tetapi jika dibandingkan dengan harga dua tahun lalu terasa kenaikannya (soal dinamika harga Rolex ada baiknya saya tulis tersendiri). Jadi sebetulnya bagi mereka yang benar-benar menyimpan barang bagus tidak usah takut karena harga PASTI naik, masalahnya bisa ketemu yang berani beli atau tidak. Tapi saya berpikir selama masih ada orang-orang gila yang senang sama arloji antik selama itu pula masih ada harapan bisa jual. Yang beli orang gila yang jual orang gendheng.
Senin, 26 Oktober 2009
Omega Seamaster Chronometer cal 564
Mido Multifort Luxe Super Automatic
Jumat, 23 Oktober 2009
Lain dulu lain sekarang (2)
Generasi pendatang baru, yaitu mereka yang baru terjun kurang dari tiga tahun terakhir ini, jauh lebih selektif dan lebih berhati-hati dibandingkan dengan generasi saya dulu. Dulu, kami berjibaku untuk bisa memperoleh arloji yang kami inginkan. Hampir setiap hari mendatangi pusat-pusat penjualan arloji di Jembatan Item, Jatinegara, Pecenongan, Jalan ABC (Bandung), kios-kios jam di berbagai kota, di pelosok-pelosok Jakarta (hingga ke Pondok Cabe dsb), dan iklan-iklan di koran dan internet (siapa tahu ada yang mau jual lewat iklan). Berjam-jam nongkrong dan ngobrol di tempat-tempat itu. Kalau ada barang bagus asal suka biarpun mahal dibeli aja. Generasi sekarang jauh lebih diuntungkan dengan adanya komunitas, milis dan blog. Tinggal lihat-lihat saja di milis atau blog, barangkali minat tinggal tanya berapa harganya dan bayar. Selesai. Tetapi, dengan kondisi yg jauh lebih mudah seperti ini pun ternyata "nafsu" mereka masih di bawah generasi saya dulu. Di antara anggota milis mungkin tidak sampai 10 persen saja yang dapat dibilang "serius", sisanya hanya penggembira saja, sekedar suka, atau kaum untung-untungan siapa tahu dapat yang murah dan bagus. Jadi, yang 90 persen itu tidak mau membeli dengan harga pantas, tidak ngotot, dan prinsip mereka adalah dikasih syukur gak dikasih ya sudah. Sering sekali saya menerima penawaran dari mereka yang mengaku newbie (orang baru) yang menawar berdasarkan budget mereka, misalnya "wah saya orang baru nih, dana saya untuk Flighmaster cuma 10 juta dikasih enggak?'. Sungguh aneh memang, masa harga suatu barang disesuaikan dengan budget si penawar? Kalau generasi saya dulu beda, justru karena pendatang baru maka harus berani biar kebagian barang. Jadi logikanya terbalik dengan generasi sekarang. Memang, semangat yang berlebihan sering dimanfaatkan oleh pedagang dengan cara "digorok". Apa itu "digorok". Digorok adalah istilah untuk menggambarkan ada orang baru yang kurang pengetahuan dan kurang pengalaman kemudian ditawari barang dengan harga gila-gilaan lebih mahal dari wajarnya, atau barang kanibal atau barang rusak. Karena dia awam maka dia terjebak! Sampai saat ini praktek praktek "digorok" saya kira masih ada saja. Banyak juga orang baru yang terus jadi trauma gara-gara digorok, terus gak mau lagi hobi arloji. Apakah kaum yang 90 persen itu pernah digorok?
Lain dulu lain sekarang (1)
Terkadang menyenangkan juga untuk mengenang hal-hal yang terjadi dulu dan membandingkannya dengan sekarang. Dulu, belum ada teman-teman sesama penggemar arloji antik. Pernah sih dengar bahwa di kota anu ada si A, di kota anu ada si B, tetapi tidak pernah ada kesempatan untuk mengenal lebih dekat. Informasi tentang arloji didapat hanya dari internet, buku-buku dan uraian dari pedagang jam (yang sering tidak akurat). Tidak pernah ada diskusi dengan sesama penggemar arloji (istilahnya "pemakai", yaitu istilah yang dimaksudkan untuk menyebut mereka yang membeli arloji untuk dipakai dan dinikmati bukan untuk dijual lagi). Hal ini kemudian berubah sekitar tiga tahun yang lalu, ketika H Endra Kusuma, seorang pemakai dari Bandung, membuat mailing list arloji antik di yahoo.groups dan memelopori blog arloji antik. Sejak itu bermunculan lah para pemakai baik yang senior maupun yang baru terjun. Entah sudah berapa orang jumlahnya, mungkin sekitar 100 orang. Mereka yang membuat blog pun bertambah, sekarang sekitar 30 blog sih ada. Yang saya tahu, tidak semua anggota milis aktif mengirim komentar atau menghadiri acara pertemuan (GTG). Yang aktif mungkin sekitar 25%, sisanya penonton saja. Ada juga senior-senior yang memilih menyendiri, tidak ingin bergabung dengan komunitas (bahkan tidak tahu bahwa sekarang ada milis, ada blog dan ada komunitas). Sekarang jadi lebih ramai, bisa tukar informasi, jual beli dan saling memamerkan koleksi. Jadi lebih ramai. Kompetisi lebih ketat. Kompetisi dalam memperebutkan koleksi yang diincar dan kompetisi mendapat akses ke sumber-sumber arloji. Ramainya dunia arloji antik mendorong kemunculan kaum "setengah pemakai setengah pedagang". Harus kita akui, dunia arloji memang lukratif (menjanjikan) sehingga mendorong orang untuk berbisnis.
Rabu, 21 Oktober 2009
Omega Seamaster cal 562
Seamaster cal 562 gold top, kondisi bagus sekali, ivory dial, warna dial dengan warna yellow gold casingnya benar-benar nyambung. Buatan awal mesin cal 562 sekitar tahun 1950, sehingga jarum yang digunakan masih model daun. Antik sekali. Ada cerita menarik: suatu hari di dalam lift saya berdiri bersebelahan dengan orang asing (bule) yang memakai Omega Seamaster gold top antik bagus sekali. Mirip benar dengan Omega saya ini. Langsung saya teringat Omega saya ini. Buru-buru saya kembali ke ruangan saya di kantor karena kebetulan Omega ini saya taruh di kantor. Saya pakai dan buru-buru kembali ke lift dengan harapan mudah-mudahan bertemu lagi dengan orang itu sehingga bisa menjejerkan Omega ini (entah bagaimana caranya apakah saya pura-pura menekan tombol lift secara demonstratif sehingga dia bisa melihat Omega saya ini). Ternyata orang itu sudah tidak ada, entah kemana...
Jumat, 16 Oktober 2009
Elections Triple Date
Kalo lagi BT mengingat ingat tanggal berapa, hari apa dan bulan apa sekarang, saya pakai ini. Merknya Elections, buatan tahun 1950, entah apakah legislative elections atau presidential elections. Casingnya rose gold (gold top), mesin putar, jarum sekon hitam, semuanya masih OK, jalan sangat tepat. Memang sizenya agak kecil, sekitar 34 mm. Casing masih bagus dan tulisan di belakang masih terbaca dengan jelas.
Mido Multifort Datometer
Sabtu, 10 Oktober 2009
Rolex Datejust 6605
Jika kita perhatikan forum Rolex antik di tingkat internasional maka kita akan menemukan bahwa apresiasi terhadap Rolex antik non-sport demikian tinggi. Hal yang membedakan Rolex antik sport dan non-sport adalah bahwa yang tipe sport diburu untuk dijual kembali (sebagai investasi), sedangkan yang tipe non-sport diburu untuk dinikmati dan disimpan dari generasi ke generasi!! Demikianlah sering saya temui ungkapan dan nasihat dari para penikmat Rolex antik non-sport bahwa koleksi mereka tidak dijual dan akan diwariskan kepada anak cucu mereka. Sebenarnya dimanakah daya tarik Rolex antik non-sport? Saya kira daya pikatnya ada pada perpaduan antara ke-antik-an, ketangguhan dan kemewahan. Saya kira lebih tepat disebut "elegan" daripada mewah. Sebab jika dipakai akan memancar aura elegan, anggun, cantik, indah, kalau dipakai malam hari akan terasa gemerlap. Rolex antik yang saya tampilkan kali ini adalah tipe datejust 6605 tahun 1957 termasuk generasi awal Datejust, menggunakan mesin cal 1066, pie-pan dial nya kelihatan lebih lebar sedikit daripada tipe Datejust kemudian, dial warna putih tembok, jarum tombak dengan garis hitam di tengah, huruf Rolex timbul, index balok model pensil. Aslinya masih dengan rantai jubile kombinasi, tetapi sengaja saya ganti dengan tali kulit coklat tua agak mengkilat. Oya, bezelnya yellow gold tetapi dengan model gerigi yang lebih kecil dan lebih rapat (orang sini bilang gigi bajing). Saya menduga pancaran keanggunan jika dipakai di malam hari berasal dari cahaya yang dipantulkan oleh bezel ini. Ini adalah Rolex 6605 termulus yang pernah saya lihat. Jadi teringat cuplikan salah satu hit lagu Indonesia, "sempurnaaaa...."
Sabtu, 03 Oktober 2009
Rubber strap
Rabu, 30 September 2009
Apa itu tropical dial?
Tropical dial adalah perubahan warna dial yang semula hitam menjadi coklat tembaga karena proses waktu. Disebut tropical karena gejala ini umumnya terjadi di daerah tropis. Tropical dial banyak dicari kolektor karena langka, unik, dan menunjukkan keaslian sesuai dengan proses waktu (penuaan alias aging). Tropical dial dalam gambar ini benar-benar sempurna meski kualitas fotonya buruk sehingga tidak dapat menampilkan keindahan aslinya. Omega Seamaster Tropical Dial, caliber 471. Caliber ini menurut pengalaman saya adalah caliber yang paling tangguh, di atas caliber 503. Jalannya masih luar biasa tepat, power reserve panjang. Menariknya lagi, ukuran arloji ini sedikit lebih kecil daripada men size, jadi kalau dipakai terlihat nyempil, low profile. Sizenya yang mungil tertolong oleh lugs nya yang model "kebo" (buffy lugs?), jadi menambah manis penampilan, (body mini tapi kaki sexy). Buatan ca 1956. Omega ini sangat cocok dipadu dengan tali kulit Paros, kombinasi warna hitam dan coklat muda.
Senin, 21 September 2009
Yang dipakai untuk Lebaran ternyata ini...
Rolex Air King 14010, blue dial, cal 3000, kaca kristal, produksi ca 2003. Warna birunya benar-benar memukau, mendamaikan. Di milis arloji antik setidaknya ada 2 orang yang memiliki tipe seperti ini tetapi dengan angka 3-6-9 (tipe 14000), menurut saya jika ada angka malah kelihatan "menghalangi" cahaya birunya karena size arloji ini tidak begitu besar (lebih kecil sedikit dari date just). Yang unik lagi, bezelnya matahari !! (engine turned bezel). Dipadu dengan rantai oyester, arloji ini memenuhi tiga kriteria: simple, tangguh, cantik.
Jumat, 18 September 2009
Lebaran dimana?
Di rumah? Suasana rumah klasik, menyenangkan. Kemana pun engkau berpaling disana akan kau lihat jam-jam, di dinding, di meja, di lemari, di setiap ruang, di atas lemari. Saya pernah punya ide, sekian banyak jam yang ada di dalam rumah saya saya setel sehingga tidak ada satu pun yang menunjukkan waktu saat itu. Maksudnya, misalnya sekarang jam 8 tapi tidak ada satu pun jam di rumah saya yang menunjukkan pukul 8. Semuanya ngaco! Sehingga siapapun yang masuk rumah saya akan bingung, mengapa jam segini banyak kok tidak ada yang sesuai (tepat) menunjukkan jam berapa sekarang? Paling senang melihat orang seisi rumah pagi pagi kebingungan, hah sekarang jam berapa ya, mau berangkat sekoloah bingung, mau berangkat kerja bingung, janjian sama tetangga mau ke pasar bingung. Semua mengalami disorientasi. Suasana bingung dan cemas dengan cepat merambat dan memenuhi udara. Tapi ada kenikmatan psikologis disana. Kenikmatan dalam ketidak-tentuan. Seperti hidup itu sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)