Jumat, 15 November 2013

Belanja arloji secara online, amankah? (2)

Lantas bagaimana memperkecil risiko? Pertama, sebelum belanja tanya dulu pada diri sendiri, bener nih mau beli arloji? Siap dengan risiko dan kecewa? Kalau jawabnya tidak atau ragu-ragu, lebih baik tidak usah dilanjutkan. Sebab situasi dunia arloji di kita saat ini semakin "keras" (tafsirkan sendiri saja). Jangan sampai setelah kejeblos baru mengomel. Kedua, ada baiknya pastikan dulu apakah bisa dikembalikan jika tidak sesuai (return policy). Jika bisa, dengan syarat apa. Misalnya jika baru ketahuan bermasalah setelah 3 bulan apakah masih bisa dikembalikan. Ketiga, jika anda benar-benar senang dengan arlojinya dan cocok harganya, seberapa toleransi anda terhadap kemungkinan bermasalah dan harus diservis. Misalnya, anda naksir Titoni Cosmo King tapi kenopnya gak asli, apakah anda bisa mencari kenopnya sendiri. Jika anda yakin bakal dapat kenopnya dengan harga yang sepadan, maka belilah. Tp jika itu menyangkut part yang sulit dan harga mahal, maka pikirkan lagi kemungkinan "nambah modal' (biaya service dan harga part), apakah menjadikan harganya menjadi kemahalan? Bisa juga semua part asli tetapi jalan mesin tidak normal maka anda harus nambah pengeluaran untuk menservis. Pengalaman saya, untuk arloji antik cukup sulit yang benar-benar akurasinya bagus. Yang paling bagus (harus diakui) adalah Rolex. Kalaupun mesin Rolex bermasalah (biasanya karena puluhan tahun tidak diservis) maka servisnya pun tidak sulit. Mungkin mesin Rolex dirancang untuk free maintenance (nyucinya dan nyetelnya gampang, dan umurnya awet). Kalau Omega rada-rada bikin stress, karena mesin Omega lebih sulit diservis dan disetel (menurut pengalaman saya), apalagi mesin dengan sistem swan neck regulator dan sistem pindah kalender dengan pompa kenop. Sekali kawat nyamuknya putus susah nyervisnya. Omega chronograph juga sama, ada satu penyakitnya yaitu jarum subsecond chrono yang bawah suka ikut bergerak padahal status chrono dimatikan (off). Maksud saya dengan menceritakan ini adalah, ketika anda memutuskan membeli, apakah siap dengan segala kemungkinan kerusakan (yang mungkin si penjual sendiri tidak mengetahuinya). Kelima, tidak setiap arloji yang dijual online itu milik si penjualnya. Kebanyakan justru milik orang lain (bahkan milik toko-toko jam yang "dipindahkan" ke internet/blog). Hal ini tidak salah, tetapi anda juga mesti memperhitungkan bahwa penjual seperti ini biasanya tidak punya "ikatan batin" dengan arlojinya: mau laku syukur ga laku tinggal balikin. Oleh karena tidak ada ikatan batin, biasanya kurang peduli sama kondisi arlojinya. Lain dengan kalau anda mengincar arloji milik kolektor (milik sendiri) yang  dirawat seperti anak sendiri. Keenam, hati-hati dengan kalimat-kalimat seperti "rare", "mint" dan sejenisnya. Yang ngomong begini bukan hanya saya tetapi juga horolog horolog internasional yang keberatan dengan kalimat-kalimat yang dipakai oleh para penjual di e-bay, yang terlalu gampang mengatakan "rare", "super rare" dsb. Kalimat seperti itu memang dimaksudkan untuk menambah "value" barang yang dijual, bahwa horolog berpendapat lain ya bisa saja. Yang penting anda suka apa enggak, itu aja. Dan jika anda suka, anda mau beli gak. Dan jika mau beli, harganya cocok gak. Soalnya saya baru saja membaca artikel bahwa bagaimanapun arloji antik (dan arloji baru tetapi yang tergolong luxury watches) adalah mainan orang kelas menengah (middle class toys). Dengan makin bertambahnya jumlah kelas menengah di China (dan di Indonesia tentu saja) maka arloji terus diburu, harga naik. Jika anda memutuskan untuk ikut berburu, maka anda mengkonfirmasikan diri sebagai bagian dari kelas menengah.  

1 komentar:

  1. nice share pak. sangat bermanfaat untuk orang yang ingin terjun lebih dalam ke dunia horologi.

    BalasHapus