Kamis, 30 Juli 2009
Kalau lagi pengen pakai yang big size....(terjual)
Saya memilih Seiko bullhead brown dial. Elegan. Meski besar, dipakainya enak (asal memakai rantai asli punyanya bullhead). Katanya harga Seiko semacam ini terus naik, karena penggemar bertambah sedangkan jumlah barang makin sedikit. Beruntunglah mereka yang masih punya yang mulus, asli semua, dan yang penting lagi semua fungsi berjalan normal serta akurat.
Mengapa Rolex dial hitam? (Terjual)
Bagi penggemar arloji antik, Rolex non-sport yang platnya berwarna hitam punya kesan mendalam. Barangkali karena lebih sulit diperoleh. Tapi memang kesannya beda, lebih berwibawa dan menawan. Rolex yang saya tampilkan kali ini adalah tiper 16030. Mesin yang digunakan sudah quick set date cal 3035. Beda dengan 16014, tipe ini ringnya dari stainless steel, bukan emas putih. Selain itu, motif pada ring (bezel)nya lebih rapat dibandingkan dengan saudaranya yang 16014. Ada yang lebih suka 16014 tetapi ada pula yang lebih suka 16030. bagaimana selera saja, mau yang ring emas putih tetapi lebih kasar atau yang stainless steel tetapi lebih lembut. Apapun pilihannya, black dial memang beda.
catatan: rante jubillee nya saya lepas dan saya ganti dengan tali kulit hitam. Sekali-kali buat variasi pakai.
Titoni pie-pan dial (terjual)
Bagi kebanyakan orang, Titoni memang bukan merk istimewa. Namun, beberapa model Titoni tampak menawan. Titoni berikut ini mempunyai dial pie-pan, seperti dial Omega. Tampaknya memang umurnya sama dengan keluarnya model Omega pie pan, sekitar tahun 50an. Mesin yang digunakan Titoni adalah ETA, tetapi ketangguhan dan akurasinya lumayan baik. Titoni ini warna dial dasarnya hitam, tapi karena aging sudah mlai mengarah ke coklat (disebut tropical dial, lumrah terjadi pada dial warna hitam). Sayang kualitas foto yang saya ambil tidak begitu baik. Kalau lihat aslinya, pasti lebih menawan. Dengan jarum tombak dan angka kalender merah. Perhatikan kakinya yang melengkung seksi. Kesannya lembut. Tenang.
Minggu, 26 Juli 2009
Dijual: Omega cal 351 gold 80 micron (Terjual)
Dijual, Omega (belum pakai product line sepertti Seamaster atau Constellation atau Geneve, masih polos cuma ada tulisan automatic saja). Mesin cal 351 bumper (deg dog), awal 50an atau akhir 40an. Gold 80 micron, seluruhnya "terendam" emas setebal 80 micron, bukan gold platted. Plat sudah aging karena umur. Mesin bening sekali (harus pakai kacamata rayban untuk melihatnya karena mengkilat), jalan masih akurat, siap pakai (tak perlu servis lagi). Tipe corvex dial (plat melengkung), kaki antik model kaki kepiting (unique lugs). Index batang ramping. Perhatikan angka "12" yang ditulis dengan teknik sablon emas. Dijual dengan boxnya, asli Omega, dan tali kulit crocodile (bukan Omega). Kolektor Omega sejati setidak-tidaknya patut memiliki satu buah Omega 80 micron seperti ini. Ditawarkan dengan harga wajar. Silakan SMS ke 0817 130 469 (Marga).
Titus 77 Kondisi Mulus
Universal Polerouter
Omega Jam Kantong
Rabu, 15 Juli 2009
Apresiasi terhadap Rolex Antik (2)
Selasa, 14 Juli 2009
Kalau saja dia bisa bercerita...
Apresiasi terhadap Rolex antik
Boleh dibilang, Rolex sport jauh lebih populer dan lebih diminati daripada Rolex antik non sport. Market Rolex antik non sport tentunya tidak seramai dan sekuat Rolex sport. Di negara lain, khususnya di negara-negara Eropa, apresiasi terhadap Rolex antik nonsport justru tinggi sekali, karena itu harganya konon di sana lebih tinggi daripada disini. Berikut ini saya tampilkan Rolex Oyster 6282 dari tahun 50an dengan rantai asli. Two-tone dial, dengan angka 6 dan 12. Sederhana tetapi cantik, klasik. Simpel. Jalannya masih sangat akurat dan durasi putarnya bisa berhari-hari.
Sabtu, 04 Juli 2009
Mengoleksi yang "iconic" (1)
Jumat sore, saya janjian bertemu dengan kawan sesama penggemar arloji. Plaza Senayan, Jakarta. Saya duduk di cafe sambil ngopi. Seperti biasa, saya duduk gelisah, memperhatikan orang-orang yang duduk di sekitar saya, orang-orang yang berlalu lalang di luar. Memperhatikan mana pintu darurat, mana exit way, mana kaca yang mudah pecah berhamburan, apa yang harus dilakukan jika ada situasi darurat dsb. Setelah sedikit mempelajari situasi sekitar, saya mulai bicara dengan kawan saya itu. Dia bercerita bahwa kriteria arloji yang ingin dia koleksi adalah yang "iconic". Misalnya saja, kalau Omega ya Omega Speedmaster NASA. Kalau Rolex ya Rolex GMT dsb. Dengan demikian ia bisa menyeleksi sesuai dengan kriteria yang telah dia tetapkan itu. Mudah-mudahan dia bisa konsisten. Pembicaraan itu mengilhami saya untuk menulis artikel ini. Apa yang dikatakan teman saya itu menarik. Ambil contoh Omega. Perlukah semua tipe Omega kita koleksi? Mungkin saja perlu, jika kita memang "fanatik" Omega dan punya dana kuat. Lantas jika selektif, kira-kira Omega apa yang patut atau selayaknya dimiliki oleh mereka yang meng-klaim dirinya kolektor Omega? Setelah saya pikir-pikir, ada baiknya mempertimbangkan Omega berikut ini. Yang pertama tentu saja Omega Speedmaster NASA, kalau bisa yang tipe tahun 1965 dengan mesin caliber 321 karena konon tipe inilah yang benar-benar dipakai dalam misi Apolo ke bulan, sedangkan tipe sesudahnya dengan mesin cal 861 hanya penerusnya saja. Perhatikanlah, memang tipe 321 ini lain sendiri, auranya beda, dan rantainya pun kalau bisa masih aslinya (bawaannya) yaitu tipe tipis jadi dipakainya enak, beda dengan rantai sesudahnya yang sudah dipertebal, rasanya lebih kaku.
Cerita-cerita menarik
I. Pada suatu hari saya memakai arloji krono yang krononya saya matikan (off). Kemudian saya naik kereta api KRL yang penuh dan saya berdiri sambil tangan saya bergelantungan. Tiba-tiba seseorang yg berdiri di sebelah saya berkata: "Mas, itu arlojinya mati ya? Kok arloji mati dipakai?"
II. Pada suatu malam saya menghadiri acara makan malam di rumah teman yang akan bertugas di Pakistan. Kemudian kami berbicara soal Kandahar, Afghanistan, serangan bom mobil dsb. Saya berkata, tolong dong kalau ada arloji militer bawakan buat saya. Teman saya itu bertanya, lho bagaimana saya bisa mendapatkan arloji militer itu? Saya jawab, gampang. Tiap ada tentara yang tewas ambil saja arlojinya, kumpulkan saja dari mayat-mayat tentara yang bergelimpangan itu. Saya bicara demikian sambil tertawa-tawa. Tiba-tiba tuan rumah wajahnya merah seperti udang direbus. Dia marah-marah dan berbicara dalam bahasa Perancis. Seluruh tamu di meja makan itu terdiam. Karena saya tdk berbahasa Perancis saya tidak mengerti, tetapi kawan saya yang lain menjelaskan bahwa tuan rumah berkata "ucapanmu itu membawa energi negatif di ruangan ini". Demikianlah, akhirnya saya mengkerut seperti kerupuk disiram kuah. Maksud melucu malah merusak suasana.
II. Pada suatu malam saya menghadiri acara makan malam di rumah teman yang akan bertugas di Pakistan. Kemudian kami berbicara soal Kandahar, Afghanistan, serangan bom mobil dsb. Saya berkata, tolong dong kalau ada arloji militer bawakan buat saya. Teman saya itu bertanya, lho bagaimana saya bisa mendapatkan arloji militer itu? Saya jawab, gampang. Tiap ada tentara yang tewas ambil saja arlojinya, kumpulkan saja dari mayat-mayat tentara yang bergelimpangan itu. Saya bicara demikian sambil tertawa-tawa. Tiba-tiba tuan rumah wajahnya merah seperti udang direbus. Dia marah-marah dan berbicara dalam bahasa Perancis. Seluruh tamu di meja makan itu terdiam. Karena saya tdk berbahasa Perancis saya tidak mengerti, tetapi kawan saya yang lain menjelaskan bahwa tuan rumah berkata "ucapanmu itu membawa energi negatif di ruangan ini". Demikianlah, akhirnya saya mengkerut seperti kerupuk disiram kuah. Maksud melucu malah merusak suasana.
Tips mengoleksi arloji antik
Saya sering ditanya, apa yang harus dipertimbangkan dalam mengoleksi arloji antik? Rasanya saya sdh cukup sering membahas hal ini di forum lain, tetapi baiklah akan saya ringkas saja. Faktor utama dan pertama adalah perasaan kita sendiri yang menentukan, arloji tipe apa atau merk apa yang ingin kita pilih. Kolektor pemula biasanya masih sulit untuk menentukan kriteria, setiap yang ditaksir pasti dibeli. Hal demikian wajar saja, tetapi biasanya akan berubah seiring dengan bertambahnya pengalaman. Lama-lama sikap selektif itu akan muncul dengan sendirinya. Harus kita ingat bahwa apapun yang kita tentukan sebaiknya tidak dipengaruhi oleh selera teman lain, tidak dipengaruhi oleh foto-foto di internet atau di blog teman, dan tidak dipengaruhi oleh ulasan-ulasan yang seringkali berlebihan. Faktor kedua adalah kondisi. Belilah yang kondisi masih baik, orisinil dan normal. Boleh ada kekurangan sedikit tetapi masih dalam taraf yang bisa diterima (misalnya kaca pernah diganti). Ketiga, beli dengan harga wajar, kemahalan sedikit tidak apa asal tidak ekstrim dan memang sebanding dengan kondisi barangnya. Keempat, jangan terlampau bernafsu, santai saja. Jangan panik melihat koleksi teman lain. Lebih baik punya sedikit tetapi berkualitas daripada banyak tetapi biasa-biasa saja. Ingatlah, hobi seperti ini seperti meminum air laut, makin banyak minum makin haus. Nikmati koleksi yang sudah kita punya dan jangan memikirkan yang belum kita punya. Kelima, setelah kita mampu mengontrol emosi, cobalah untuk memikirkan kira-kira kriteria apa yang akan kita tetapkan dalam mengoleksi, apakah berdasarkan merk, tipe, ukuran, tahun produksi dsb. Keenam, kalau kita memang bermaksud berinvestasi, maka pilihlah tipe/jenis yang memang punya prospek investasi. Setiap investasi tentu ada risiko. Bisa saja arloji yang kita koleksi ternyata pasarannya melemah. Kalau mau untung, belajarlah untuk berbisnis (berjualan) arloji, biar sekalian. Tips terakhir, kalau bisa sih pilih hobi yang lain saja.
Langganan:
Postingan (Atom)