Sabtu, 21 November 2015

Sekali Lagi: Omega Constellations !

Dalam film Tomorrowland keluaran Disney, aktor George Clooney  memakai Omega Constellations vintage tahun 1958. Saya sudah menonton filmnya, tetapi saya tidak memperhatikan benar dalam adegan yang mana George Clooney tampak mengenakan arloji itu. Bagi penggemar dan kolektor arloji vintage, memiliki Omega Constellation adalah suatu keharusan, karena Constellations dipandang sebagai salah satu item yang paling terkemuka. Soal sejarah Constellation ini tidak perlu saya ulang ulang disini.
Saya baru membaca artikel yang ditulis oleh Elizabeth Doerr, dia sendiri adalah penulis buku Bridging Art and Mechanics, the Unabridged Story of the Corum Golden Bridge. Buku tsb baru diterbitkan 2015, berisi sejarah arloji Corum. Yang menarik, berdasarkan riset dia, penemu Omega Seamaster dan Constellations adalah Rene Bannwart, co-founder Corum, yang pada tahun 1940 dalam situasi perang berpindah dari Geneva ke Bienne dan bekerja pada Omega. Pada saat itu Omega adalah salah satu dari sedikit produsen arloji yang masih bertahan berproduksi di tengah suasana perang. Salah satu tugas Rene adalah berbicara dengan para pelanggan dari seluruh dunia untuk menampung keinginan mereka tentang model-model yang paling sesuai dengan pelanggan. Segera setelah perang selesai, industri arloji kembali bergeliat. Untuk memperingati 100 tahun Omega (1848-1948) Omega mengeluarkan model Centenary, yang kemudian diikuti oleh Seamaster (1948) dan Constellations (1952). Ada satu catatan menarik dalam riset tersebut. Ternyata pada masa itu, arloji-arloji tidak diproduksi dengan cara persis seperti diproduksi sekarang. Pada masa itu, para pemasok casing dan dial lebih independen. Mereka memang memasok casing dan dial untuk pabrik Omega sesuai pesanan, tetapi mereka juga lebih bebas merancang dial dan casing sendiri. Jadi bisa dibayangkan ada berapa ribu variasi dial atau bahkan casing Omega pada saat itu, jika beberapa pemasok secara kreatif merancang, membuat dan mengedarkan dial atau casing sendiri, sementara mereka tinggal comot mesinnya saja dari pabrik Omega. Jangan-jangan pihak pabrik Omega sendiri tidak tahu (dan karenanya tidak mengakui) jika di pasaran ada model-model atau variasi-variasi yang berbeda dari design pabrik. Ini berbeda dengan sistem produksi sekarang, dimana design di-sentralisasi. Selain itu, demi menggenjot produksi pasca-perang, produsen arloji harus sebisa mungkin memenuhi selera konsumen yang beraneka ragam. Jadi, bisa saja ada beberapa model atau variasi tertentu yang memang dibuat demi memenuhi keinginan sekelompok pelanggan (konsumen). Nah, bagi mereka yang suka komentar "wah ini palsu ni, ga ada model begini.." mungkin perlu membaca sejarah arloji secara lebih mendalam.  

Artikel saya ini tidak dilengkapi dengan foto. Nanti kalo saya tampilkan, dibilang palsuuuu.

1 komentar:

  1. he he... Mana Omega Palsu nya mas Adit, biar ditambung kolektor palsu di Bekasi aja

    BalasHapus