Asian Games IV diadakan di Jakarta pada thn 1962. Ini bukan hanya peristiwa olahraga tetapi juga peristiwa politik yang penting bagi Indonesia dan Asia. Situasi pada tahun itu dipengaruhi oleh perkembangan tahun-tahun sebelumnya terutama konstelasi politik setelah PD II dan konteks perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur. Semangat Konferensi Asia Afrika 1955 juga mewarnai pelaksanaan Asian Games IV. Sebagai tuan rumah, Indonesia melanggar ketentuan International OlympicCommmittee (IOC) karena tidak mau mengundang Israel dan Taiwan. Alasannya karena Israel adalah negara penjajah dan Indonesia ingin menunjukkan simpati kepada Palestina. Taiwan juga tidak diundang karena Indonesia ingin menunjukkan simpati kepada RRC. Sikap ini bertentangan dengan doktrin olimpiade yang berlandaskan pada prinsip non politik dan non partisan, artinya urusan politik jangan dicampur dengan urusan olahraga. Indonesia bersikeras. Asian Games IV berlangsung di tengah hujan kritik atas sikap Indonesia. Ada yang beranggapan bahwa Asian Games IV itu "ilegal". Karena situasi yang tidak menyenangkan itu, Presiden Sukarno mengusulkan supaya negara-negara yang baru merdeka dari penjajahan membuat acara sendiri. Namanya Games of New Emerging Forces (Ganefo). Sukarno menyebut negara-negara Asia Afrika yang baru merdeka sebagai kekuatan baru yang sedang bangkit (new emerging forces) dan negara-negara penjajah sebagai imperialis dan old established forces (oldefo). Ganefo berhasil diadakan di Jakarta setahun setelah Asian Games IV. Ini sebuah kebanggan bagi Indonesia.
Saya ambil dari lemari koleksi saya, Titus edisi suvenir untuk Asian Games IV 1962. Menurut info yang saya dengar dari saksi mata, ada beberapa model yang dikeluarkan untuk suvenir ini, termasuk model sport. Tapi saya belum pernah lihat model lain selain yang saya punya ini. Katanya Titus ini dijual sebagai official souvenir, semacam merchandise dari panitia. Kenapa harus Titus? Tidak tahu. Mungkin karena merk Titus yang paling populer saat itu sebagai arloji "rakyat" (dalam arti populer dan terjangkau). Yang saya belum tahu adalah proses pembuatan dialnya, apakah dibuat (dicetak) di pabrik Titus di Swiss atau dipesan dari tempat lain? Kondisi Titus saya ini sangat mulus, akurat dan power reserve lama. Sayang fotonya tidak begitu baik. Menurut saya seorang yang mengklaim gemar arloji antik, arloji kuno, arloji tua, tuwir, pinteg dsb sepatutnya mengoleksi Titus edisi Asian Games IV ini, karena arloji itu tidak cuma untuk simpan-simpanan atau bangga banggaan. Arloji itu "for science and humanity", untuk ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Dengan demikian akan tumbuh respek.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar