Sabtu, 23 Juli 2011
Risiko Mengoleksi Arloji Antik
Konon katanya dalam setiap tindakan selalu ada risiko. Demikian pula dalam mengoleksi arloji antik. Apalagi bagi mereka yang belum berpengalaman. Yang sudah berpengalaman pun kadang masih kejeblos. Risiko pertama adalah membeli barang palsu, atau setengah palsu. Risiko kedua adalah membeli barang ternyata rusak, kadang bisa betul lagi kadang tidak. Risiko ketiga adalah membeli barang yang salah satu komponennya ternyata sudah diganti dengan yang tidak sesuai, atau diganti dengan barang tiruan (aftermarket). Risiko keempat adalah beli kemahalan. Risiko kelima, waktu beli kita yakin bahwa barang ini asli semuanya, tetapi setelah dibeli ternyata ada teman bilang salah satu komponennya palsu (kacanya, kenopnya, atau dialnya dibilang grafiran). Dengar pendapat teman malah bikin keder, jangan-jangan benar. Ini sering menimpa Omega karena Omega paling banyak jenisnya dan paling buruk dokumentasinya. Ada yang bilang Omega dial hitam tidak ada yang tulisannya putih, ada yang bilang ada. Ada yang bilang Omega Constellation-Seamaster tidak ada, ada yang bilang ada. Siapa yang paling benar? Siapa yang paling punya otoritas? Ada yang bilang tulisan Seamaster harusnya bentuk S nya beginilah, begitulah. Kalau dibahas disini akan panjang sekali, lagi pula soal Omega ini sudah pernah saya tulis dalam artikel-artikel lain di blog saya. Menurut saya kondisi saat ini jauh lebih baik dibandingkan dulu. Cari barang tinggal searching di internet, gak perlu panas-panas ke pasar antik. Sekali dua kali kejeblos menurut saya adalah suatu "keharusan". Justru karena itu kita jadi lebih mengerti. Kalau mau sempurna terus tanpa mau kena risikonya malah jadi aneh, kenapa kok mau terjun di dunia arloji antik yang penuh misteri dan tantangan, kan gak ada yang suruh. Selain itu, perbedaan pendapat tentang satu dua hal saya anggap biasa saja, tidak usah mempengaruhi "iman" kita. Saya punya Longines militer versi KNIL sudah berapa kali dikatain "palsu" saya diem saja. Dulu saya punya Tissot KNIL dikatain palsu akhirnya saya jual murah, eh belakangan ternyata ketahuan itu asli, pantesan kolektor luar langsung beli tanpa nawar lagi. Dengan kemajuan teknologi internet satu pendapat dengan mudahnya menyebar kemudian dijadikan acuan sehingga menjadi opini kolektif, dan dia (si pembuat opini itu) dengan mudah menjadi "opini maker".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar