Sabtu, 16 Juni 2018

Sedikit Catatan Tentang Mido

Saya katakan "sedikit catatan" karena sebenarnya sejarah Mido cukup panjang. Mido merupakan salah satu brand yang sangat populer di Indonesia. Pada tahun 1960 sampai 1980an saya kira Mido Commander termasuk paling populer. Sampai saat ini pun populasi Mido Commander yang vintagenya masih cukup mudah dijumpai. Barangkali karena populasinya banyak maka Mido Commander tidak termasuk incaran kolektor arloji antik. Justru karena itu pula,mungkin tidak banyak memperhatikan detail arloji Mida Commander antik. Saya ingin menampilkan dua contoh. Yang pertama adalah Mido Commander Ocean Star Datoday termasuk generasi awal tahun 1960. Mido menciptakan model Commander dengan desain kokoh dan bodi monokok (buka mesin dari kaca depan), kualitas tinggi dengan harga reasonable. Tipe Ocean Star Datoday ini mewakili model transisi dari era klasik art deco tahun 1920an - 1950an ke era Retro tahun 1970an -1980an. Modelnya minimalis. Perhatikan indexnya yang hanya dot kecil, jarum yang berpenampang lebar, wajah yang "klimis" ganteng, lugs yang slim dan crown yang "malu-malu". Model ini tidak mengusung mesin chronometer, jadi tidak ada tulisan chronometer di dialnya. Tulisan "Commander"nya pun kecil saja di garis angka 9. Nah, foto satunya lagi adalah Mido Commander Flatline  dengan wajah yang lebih ramai sedikit tetapi aksen hitam di seluruh tepi dial dan di garis luar jarumnya justru menimbulkan kesan "manis". Mesin nya sudah mengusung chronometer, tetapi tulisan chronometernya dibuat dengan huruf timbul dan warna senada dengan warna dial sehingga tidak menyolok. Pintarnya lagi, tipe ini tidak menampilkan fungsi hari sehingga mampu mengurangi kesan dial yang sesak. Jadinya bukan hanya manis tetapi juga elegan. Tidak disangka, Mido Commander yang kadang tidak diperhatikan, ternyata mengagumkan, tentu saja syaratnya harus dalam kondisi mulus (mint). Kalau yang tidak mulus dan model biasa saja memang banyak.

Untuk pertanyaan seputar dunia arloji bisa melalui WA ke nomor "0815 860 77 tiga dua enam"






 

2 komentar: