Sabtu, 10 Mei 2014

Seperti memilih mobil

Kadang-kadang saya berpikir orang-orang membeli arloji dengan pertimbangan seperti membeli mobil. Banyak orang memilih merk dan tipe mobil  tertentu yang populer, yang "gampang dijual lagi", "banyak peminatnya" dan "harga ga jatuh". Tetapi ada juga (sedikit) yang justru menghindari "mobil sejuta umat" seperti itu. Inginnya mobil yang aneh-aneh, yang jarang ditemui di jalanan dan hanya sedikit orang yang memilihnya. Saya pernah kenal seorang kolektor arloji yang justru memburu merk atau model yang aneh-aneh, baik merk low end maupun high end. Suatu ketika saya melihat dia memakai Zenith yang modelnya belum pernah saya lihat, mungkin edisi sangat terbatas atau mungkin model itu belum masuk ke Indonesia. Alasan dia memilih itu karena tidak ingin "disamai" oleh yang lain. "Kalau pakai Rolex kan semua orang tahu, oh itu tuh Daytona," katanya. Bagaimana dengan harga jual kembali? Tentu saja akan "jatuh" tetapi dia tidak peduli karena buat dia kepuasan lebih utama.

Ada juga orang-orang yang sengaja berburu mobil-mobil dengan mencoba menawar serendah mungkin, di bawah harga pasaran.Tujuannya adalah untuk dijual lagi di harga pasaran. Jika katakanlah Avanza tahun 2008 harga 100 juta maka dia berusaha menawar 80 juta karena dia ingin menjualnya kembali di harga 100 juta. Kalau dikasih syukur kalau tidak ya tidak apa-apa, cari lagi kesempatan berikutnya. Orang-orang seperti itu tidak mengejar kepuasan melainkan keuntungan finansial.

Ada juga orang-orang yang menawar mobil dengan harga di bawah harga pasaran dengan tujuan jika bosan dijual lagi di harga yang sama  atau rugi sedikit pasti akan laku cepat. Misalnya contoh Avanza tadi dia tawar 80 juta kalau dia pakai beberapa bulan jual lagi balik modal atau 78 juta pasti laku cepat (gampang). Orang-orang seperti itu tidak mengejar kepuasan tidak juga mengejar keuntungan finansial tetapi mengejar "aman".

Ada juga yang membeli mobil populer tetapi dengan syarat kondisi seperti mobil baru (mobil baru harga bekas). Tetapi nawarnya ya pas-pasan di harga pasaran saja. Bagi dia kondisi istimewa tidak berpengaruh terhadap perbedaan harga, pasaran segitu ya segitu walaupun kondisi kayak baru. Orang seperti ini tidak mengejar keuntungan finansial, tetapi mengejar kepuasan dengan cara "menang deweke bae" (menang sendiri saja).Membeli di atas harga pasaran paling anti karena ga ada istilah "rugi" dalam hidupnya.

Ada juga yang mau melebihi sedikit asalkan memang dia senang, lagi kepengen model itu, dan kondisinya bagus. Yah lebih mahal sedikit wajarlah. Avanza 100 juta wajarlah kalau dibayar 110 karena warnanya unik (jarang) tidak seperti Avanza lainnya.

Ada juga yang "asal seneng beli", ga peduli mau merk apa model apa di harga berapa. Dia mengejar "orgasme berkali kali" dalam memenuhi hasratnya. Buat dia "orgasme" itu yang paling utama, ga peduli rugi atau apa. Orang seperti ini biasanya ga ada temennya.

Nah silakan, kira-kira anda termasuk yang mana?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar