Sabtu, 23 Maret 2013

Dua-duanya sama-sama

Umurnya hampir sama, bagusnya sama, patinanya sama-sama indah, beda merk beda harga jauuhhh sekali, selera yang menentukan

Jumat, 15 Maret 2013

Arloji yang terkait dengan peristiwa bersejarah: Titus Asian Games IV 1962

Asian Games IV diadakan di Jakarta pada thn 1962. Ini bukan hanya peristiwa olahraga tetapi juga peristiwa politik yang penting bagi Indonesia dan Asia. Situasi pada tahun itu dipengaruhi oleh perkembangan tahun-tahun sebelumnya terutama konstelasi politik setelah PD II dan konteks perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur. Semangat Konferensi Asia Afrika 1955 juga mewarnai pelaksanaan Asian Games IV. Sebagai tuan rumah, Indonesia melanggar ketentuan International OlympicCommmittee (IOC) karena tidak mau mengundang Israel dan Taiwan. Alasannya karena Israel adalah negara penjajah dan Indonesia ingin menunjukkan simpati kepada Palestina. Taiwan juga tidak diundang karena Indonesia ingin menunjukkan simpati kepada RRC. Sikap ini bertentangan dengan doktrin olimpiade yang berlandaskan pada prinsip non politik dan non partisan, artinya urusan politik jangan dicampur dengan urusan olahraga. Indonesia bersikeras. Asian Games IV berlangsung di tengah hujan kritik atas sikap Indonesia. Ada yang beranggapan bahwa Asian Games IV itu  "ilegal". Karena situasi yang tidak menyenangkan itu, Presiden Sukarno mengusulkan supaya negara-negara yang baru merdeka dari penjajahan membuat acara sendiri. Namanya Games of New Emerging Forces (Ganefo). Sukarno menyebut negara-negara Asia Afrika yang baru merdeka sebagai kekuatan baru yang sedang bangkit  (new emerging forces) dan negara-negara penjajah sebagai imperialis dan old established forces (oldefo). Ganefo berhasil diadakan di Jakarta setahun setelah Asian Games IV. Ini sebuah kebanggan bagi Indonesia.

Saya ambil dari lemari koleksi saya, Titus edisi suvenir untuk Asian Games IV 1962. Menurut info yang saya dengar dari saksi mata, ada beberapa model yang dikeluarkan untuk suvenir ini, termasuk model sport. Tapi saya belum pernah lihat model lain selain yang saya punya ini. Katanya Titus ini dijual sebagai official souvenir, semacam merchandise dari panitia. Kenapa harus Titus? Tidak tahu. Mungkin karena merk Titus yang paling populer saat itu sebagai arloji "rakyat" (dalam arti populer dan terjangkau). Yang saya belum tahu adalah proses pembuatan dialnya, apakah dibuat (dicetak) di pabrik Titus di Swiss atau dipesan dari tempat lain? Kondisi Titus saya ini sangat mulus, akurat dan power reserve lama. Sayang fotonya tidak begitu baik. Menurut saya seorang yang mengklaim gemar arloji antik, arloji kuno, arloji tua, tuwir, pinteg dsb sepatutnya mengoleksi Titus edisi Asian Games IV ini, karena arloji itu tidak cuma untuk simpan-simpanan atau bangga banggaan. Arloji itu "for science and humanity", untuk ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Dengan demikian akan tumbuh respek.

Minggu, 10 Maret 2013

For Sale: Longines tua mesin putar second bawah SOLD


Longines mesin putar (manual) jarum sub second (second bawah), casing dari gold rolled (setingkat di atas gold capped top) dengan ketebalan 80 micron, size 34mm, tutup belakang masih berlogo ikan (logo lama), sekitar awal thn 50, SMS 08 56789 89 22 SOLD

Jumat, 08 Maret 2013

Arloji yang terkait dengan peristiwa bersejarah: Universal Polerouter

Universal didirikan pada tahun 1894 dan tumbuh menjadi salah satu produsen arloji terkemuka. Pada tahun 1917 Universal berhasil menemukan mesin chronograph, suatu penemuan penting yang masih kita pakai sampai saat ini. Yang paling kolektibel dari Universal adalah Tricompax, tapi saya sendiri belum pernah sempat melihatnya apalagi memilikinya. Jenis lain yang juga kolektibel dan paling populer adalah Polerouter. Arloji ini terkait dengan peristiwa bersejarah karena dipilih oleh pilot penerbangan Scandinavian Airline System (SAS) dalam penerbangan melintasi kutub utara. Universal Polerouter pertamakali didisain oleh Gerald Genta, seorang disainer jam terkemuka yang juga mendisain Omega Constellation model C-shape. Tipe Polerouter diluncurkan tahun 1954 masih dengan menggunakan mesin caliber 138 bumper kemudian digantikan dengan mesin andalan Universal yaitu microrotor cal 215. Mesin microrotor iti bandul otomatisnya kecil (micro), beda dengan mesin-mesin lain. SAS adalah perusahaan pertama yang berhasil menerbangkan pesawat komersial dengan rute melintasi kutub utara. Pada tahun 1954, SAS menerbangkan pesawat DC-6 dari Copenhagen ke Los Angeles melintasi kutub, kemudian tahun 1957 menggunakan DC-7 dari Copenhagen ke Jepang melalui Greenland dan Alaska. Penerbangan ini dinilai bersejarah, dan Universal Polerouter menjadi bagian dari sejarah itu. Universal Polerouter menurut saya bukan hanya tangguh tapi juga modelnya manis dan klasik, tapi ini menurut saya lho. Seorang penggemar arloji (tua, antik, tuwir, pinteg, dan berbagai istilah lainnya) sepatutnya menyimpan setidaknya satu Universal Polerouter, sebagai apresiasi terhadap arloji-arloji yang terkait dengan peristiwa bersejarah. Arloji yang saya ambil dari lemari koleksi saya ini mungkin saja bekas dipakai oleh salah satu pilot SAS dalam salah penerbangan melintasi kutub, kemudian entah bagaimana bisa sampai ke Indonesia. Andai saja arloji ini bernyawa dan bisa bercerita.

Minggu, 03 Maret 2013

Tropical dial

Tropical dial adalah istilah untuk menunjukkan perubahan warna dial dari semula hitam kemudian menjadi coklat sebagai akibat terpaan sinar ultra violet yang umumnya terjadi pada arloji yang dipakai di daerah beriklim tropis. Warna tropical dial yang coklat ini sungguh menawan karena memancarkan aura antik, tua, dan tak dapat ditiru karena ini adalah hasil proses alamiah selama puluhan tahun. Tidak mudah menemukan tropical dial yang sempurna, dalam arti warna tropicalnya merata, tidak bopeng atau pecah-pecah. Ada yang sudi membayar sampai puluhan juta rupiah untuk sebuah arloji Omega dengan tropical dial!! Wah, jika ini cuma sebuah "Longines Conquest Calendar" tentu harganya tak semahal itu tetapi aura tropical dialnya sungguh sempurna.

Arloji yang terkait dengan peristiwa bersejarah (1)

Saya ingin menulis sedikit tentang Eterna-matic Kontiki. Nama "Kontiki" konon berasal dari nama salah satu dewa bangsa Inca. Kemudian nama tsb dijadikan sebagai nama ekspedisi yang dilakukan oleh orang Norwegia bernama Thor Heyerdahl yang pada tahun 1947 naik rakit dari Amerika Selatan ke kepulauan Polynesia dengan menyeberangi Samudera Pasifik. Melalui expedisi ini Thor ingin menunjukkan bahwa dengan peralatan seadanya sebenarnya pelayaran dengan rute tersebut dimungkinkan, dan dia percaya bahwa orang-orang dari Amerika Selatan sudah melakukan penyeberangan seperti ini di masa sebelum Columbus. Thor dan kelima temannya bertolak dari Peru tanggal 28 April 1947 dengan naik rakit menempuh perjalanan selama 101 hari dengan jarak 6900 km dan mendarat di perairan yang penuh karang di kepulauan Tuamotu pada 7 Agustus 1947. Thor dan seluruh kru selamat. Kisah perjalanan ini telah diterbitkan dalam bentuk buku dan film (saya fotokan cover filnya juga). Lantas apa hubungannya dengan arloji? Eterna-matic menyediakan arloji khusus untuk Thor. Untuk merayakan keberhasilan ekspedisi ini maka Eterna-matic mengenangnya dengan meluncurkan logo terbuat dari emas 18k bergambar perahu rakit yang dipakai oleh Thor. Logo seperti itu ditempel di bagian belakang setiap arloji "Eterna-matic Kontiki". Nah jika and mengaku (mengklaim) penggemar arloji "kuno" atau "antik" atau "vintage" (ada yang melafalkan "pinteg"), atau "tuwir" menurut saya sebaiknya menyimpan setidaknya satu Eterna-matic Kontiki, karena arloji ini sungguh unik serta terkait dengan sebuah peristiwa yang bisa disebut "historical" alias bersejarah. Dan Eterna bukan kelas arloji ecek-ecek. Divisi movementnya berhasil mengembangkan teknologi ball bearing tahun 1948, mesinnya banyak ditiru dan dipakai oleh banyak merk terkemuka lain, bahkan Eterna adalah cikal bakal mesin ETA yang kemudian dipakai oleh sebagian besar merk arloji lainnya.

Arloji yang dipakai selama PD II

Saya menonton film di channel "History" tentang penyerbuan tentara Jepang ke Asia Tenggara pada masa Perang Dunia II. Di salah satu episode, ditampilkan film dokumenter tentang peristiwa tersebut, dan secara sekilas ditampilkan pula arloji yang dipakai prajurit. Saya mengenali salah satunya adalah Longines seperti yang saya miliki ini, tetapi karena filmnya hitam putih maka tidak jelas apakah casing arloji itu putih atau kuning. Selain Longines yang sama persis dengan foto yang saya tampilkan ini, dalam film dokumenter itu sempat muncul arloji yang saya yakin merknya Enicar (saya mengenali lambangnya sekilas) tetapi sayang saya tidak memiliki Enicar yang persis seperti dalam film tersebut. Pernah pula saya mengunjungi pulau Biak (di Papua) untuk melihat gua peninggalan tentara Jepang pada saat mereka digempur pasukan Sekutu. Dari seonggok benda-benda peninggalan yang masih ada di sekitar lokasi (dipamerkan di dalam kotak kaca) di antaranya ada cincin, kacamata, pulpen, dan arloji Mido mesin bumper ukuran boysize gedean dikit. Buat saya, sungguh menyenangkan menemui hal-hal semacam itu, apalagi jika ternyata saya memiliki arloji serupa yang ada dalam koleksi saya. Andai saja arloji itu bisa bercerita, berapa banyak peristiwa yang sudah dia alami bersama si pemilik arloji itu, dan betapa si arloji kini duduk tenang di koper koleksi saya.